PENGENDALIAN ATAU KONTROL SOSIAL
APENGENDALIAN
SOSIAL
Pengertian Pengendalian Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama
orang lain. Dalam hidup bersama, tentu seorang manusia tidak dapat bertindak
seenaknya. Norma meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya
dan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya. Akan tetapi sering terjadi
norma-norma itu tidak diindahkan. Terjadi berbagai penyimpangan sosial.
Akibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat.
Pengendalian
sosial (social control) merupakan proses yang bertujuan agar
masyarakat mematuhi norma dan nilai sosial yang ada dalam masyarakatnya. Dengan
pengendalian sosial, terciptalah masyarakat yang teratur. Di dalam masyarakat
yang teratur, setiap warganya menjalankan peran sesuai dengan harapan
masyarakat.
Tujuan adanya pengendalian sosial adalah
agar mereka dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik dan menikmati haknya.
Ketenangan dan keamanan pun dapat dirasakan. Roucek mengemukakan bahwa
pengendalian sosial adalah sualu istilah yang mengacu pada proses di mana
individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada
kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok.
Dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan yang berlaku, hampir bisa dipastikan kehidupan bermasyarakat akan bisa berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi, berharap semua anggota masyarakat bisa berperilaku selalu taat, tentu merupakan hal yang mahal. Di dalam kenyataan, tentu tidak semua orang akan selalu bersedia dan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang berlaku dan bahkan tidak jarang ada orang-orang tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai berikut ( Soekanto, 181:45)
1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan
4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.
Pada situasi di mana orang memperhitungkan bahwa dengan melanggar atau menyimpangi sesuatu norma dia malahan akan bisa memperoleh sesuatu reward atau sesuatu keuntungan lain yang lebih besar, maka di dalam hal demikianlah enforcement demi tegaknya norma lalu terpaksa harus dijalankan dengan sarana suatu kekuatan dari luar. Norma tidak lagi self-enforcing (norma-norma sosial tidak lagi dapat terlaksana atas kekuatannya sendiri ), dan akan gantinya harus dipertahankan oleh petugas-petugas kontrol sosial dengan cara mengancam atau membebankan sanksi-sanksi kepada mereka-mereka yang terbukti melanggar atau menyimpangi norma.
Apabila ternyata norma-norma tidak lagi self-enforcement dan proses sosialisasi tidak cukup memberikan efek-efek yang positif, maka masyarakat – atas dasar kekuatan otoritasnya – mulai bergerak melaksanakan kontrol sosial (social control).
Menurut Soerjono Soekanto, pengendalian sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Obyek (sasaran) pengawasan sosial, adalah perilaku masyarakat itu sendiri. Tujuan pengawasan adalah supaya kehidupan masyarakat berlangsung menurut pola-pola dan kidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, pengendalian sosial meliputi proses sosial yang direncanakan maupun tidak direncanakan (spontan) untuk mengarahkan seseorang.
Juga
pengendalian sosiap pada dasarnya merupakan sistem dan proses yang mendidik,
mengajak dan bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan
norma-norma sosial.
1. Sistem mendidik dimaksudkan agar dalam diri seseorang terdapat perubahan sikap dan tingkah laku untuk bertindak sesuai dengan norma-norma.
2. Sistem mengajak bertujuan mengarahkan agar perbuatan seseorang didasarkan pada norma-norma, dan tidak menurut kemauan individu-individu.
3. Sistem memaksa bertujuan untuk mempengaruhi secara tegas agar seseorang bertindak sesuai dengan norma-norma. Bila ia tidak mau menaati kaiah atau norma, maka ia akan dikenakan sanksi.
Dalam pengendalian sosial kita bisa melihat pengendalian sosial berproses pada tiga pola yakni:
1. Pengendalian kelompok terhadap kelompok
2. Pengendalian kelompok terhadap anggota-anggotanya
3. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lainnya.
B. JENIS-JENIS PENGENDALIAN SOSIAL1. Sistem mendidik dimaksudkan agar dalam diri seseorang terdapat perubahan sikap dan tingkah laku untuk bertindak sesuai dengan norma-norma.
2. Sistem mengajak bertujuan mengarahkan agar perbuatan seseorang didasarkan pada norma-norma, dan tidak menurut kemauan individu-individu.
3. Sistem memaksa bertujuan untuk mempengaruhi secara tegas agar seseorang bertindak sesuai dengan norma-norma. Bila ia tidak mau menaati kaiah atau norma, maka ia akan dikenakan sanksi.
Dalam pengendalian sosial kita bisa melihat pengendalian sosial berproses pada tiga pola yakni:
1. Pengendalian kelompok terhadap kelompok
2. Pengendalian kelompok terhadap anggota-anggotanya
3. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lainnya.
Pengendalian sosial dimaksudkan agar anggota masyarkat mematuhi norma-norma sosial sehingga tercipta keselarasan dalam kehidupan sosial. Untuk maksud tersebut, dikenal beberapa jenis pengendalian. Penggolongan ini dibuat menurut sudut pandang dari mana seseorang melihat pengawasan tersebut.
a. Pengendalian preventif merupakan kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi ”mengancam sanksi” atau usaha pencegahan terhadap terjadinya penyimpangan terhadap norma dan nilai. Jadi, usaha pengendalian sosial yang bersifat preventif dilakukan sebelum terjadi penyimpangan.
b. Pengendalian represif ; kontrol sosial yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula dengan dijalankan di dalam versi “menjatuhkan atau membebankan, sanksi”. Pengendalian ini berfungsi untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya pelanggaran norma atau perilaku meyimpang. Untuk mengembalikan keadaan seperti semula, perlu diadakan pemulihan. Jadi, pengendalian disini bertujuan untuk menyadarkan pihak yang berperilaku menyimpang tentang akibat dari penyimpangan tersebut, sekaligus agar dia mematuhi norma-norma sosial.
c. Pengendalian sosial gabungan merupakan usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus mengembalikan penyimpangan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial (represif). Usaha pengendalian dengan memadukan ciri preventif dan represif ini dimaksudkan agar suatu perilaku tidak sampai menyimpang dari norma-norma dan kalaupun terjadi penyimpangan itu tidak sampai merugikan yang bersangkutan maupun orang lain.
d. Pengendalian resmi (formal) ialah pengawasan yang didasarkan atas penugasan oleh badan-badan resmi, misalnya negara maupun agama.
e. Pengawasan tidak resmi (informal) dilaksanakan demi terpeliharanya peraturan-peraturan yang tidak resmi milik masyarakat. Dikatakan tidak resmi karena peraturan itu sendiri tidak dirumuskan dengan jelas, tidak ditemukan dalam hukum tertulis, tetapi hanya diingatkan oleh warga masyarakat.
f. Pengendalian institusional ialah pengaruh yang datang dari suatu pola kebudayaan yang dimiliki lembaga (institusi) tertentu. Pola-pola kelakuan dan kiadah-kaidah lembaga itu tidak saja mengontrol para anggota lembaga, tetapi juga warga masyarakat yang berada di luar lembaga tersebut.
g. Pengendalian berpribadi ialah pengaruh baik atau buruk yang datang dari orang tertentu. Artinya, tokoh yang berpengaruh itu dapat dikenal. Bahkan silsilah dan riwayat hidupnya, dan teristimewa ajarannya juga dikenal.
C. CARA DAN FUNGSI PENGENDALIAN SOSIAL
Pengendalian sosial dapat dilaksanakan melalui :
1. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan agar anggota masyarkat bertingkah laku seperti yang diharapkan tanpa paksaan. Usaha penanaman pengertian tentang nilai dan norma kepada anggota masyarakat diberikan melakui jalur formal dan informal secara rutin.
2. Tekanan Sosial
Tekanan sosial perlu dilakukan agar masyarakat sadar dan mau menyesuaikan diri dengan aturan kelompok. Masyarakat dapat memberi sanksi kepada orang yang melanggar aturan kelompok tersebut.
Pengendalian sosial pada kelompok primer (kelompok masyarkat kecil yang sifatnya akrab dan informal seperti keluarga, kelompok bermain, klik ) biasanya bersifat informal, spontan, dan tidak direncanakan, biasanya berupa ejekan, menertawakan, pergunjingan (gosip) dan pengasingan.
Pengendalian sosial yang diberikan kepada kelompok sekunder (kelompok masyarkat yang lebih besar yang tidak bersifat pribadi (impersonal) dan mempunyai tujuan yang khusus seperti serikat buruh, perkumpulan seniman, dan perkumpulan wartawan ) lebih bersifat formal. Alat pengendalian sosial berupa peraturan resmi dan tata cara yang standar, kenaikan pangkat, pemberian gelar, imbalan dan hadiah dan sanksi serta hukuman formal.
3. Kekuatan dan kekuasaan dalam bentuk peraturan hukum dan hukuman formal
Kekuatan da kekuasaan akan dilakukan jika cara sosialisasi dan tekanan sosial gagal. Keadaan itu terpaksa dipergunakan pada setiap masyarakat untuk mengarahkan tingkah laku dalam menyesuaikan diri dengan nilai dan norma sosial.
Disamping cara di atas juga agar proses pengendalian berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan, perlu dberlakukan cara-cara tertentu sesuai dengan kondisi budaya yang berlaku.
a. Pengendalian tanpa kekerasan (persuasi); bisasanya dilakukan terhadap yang hidup dalam keadaan relatif tenteram. Sebagian besar nilai dan norma telah melembaga dan mendarah daging dalam diri warga masyarakat.
b. Pengendalian dengan kekerasan (koersi) ; biasanya dilakukan bagi masyarakat yang kurang tenteram, misalnya GPK (Gerakan Pengacau Keamanan).
Jenis pengendalian dengan kekerasan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kompulsi dan pervasi.
1) Kompulsi (compulsion) ialah pemaksaan terhadap seseorang agar taat dan patuh tehadap norma-norma sosial yang berlaku.
2) Pervasi ( pervasion ) ialah penanaman norma-norma yang ada secara berulang -ulang dengan harapan bahwa hal tersebut dapat masuk ke dalam kesadaran seseorang. Dengan demikian, orang tadi akan mengubah sikapnya. Misalnya, bimbingan yang dilakukan terus menerus.
D. FUNGSI PENGENDALIAN SOSIAL
Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian sosial, yaitu :
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma.
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
c. Mengembangkan rasa malu
d. Mengembangkan rasa takut
e. Menciptakan sistem hukum
E. BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN SOSIAL
Dalam
penerapannya, pengendalian sosial mempunyai beberapa bentuk, seperti agama,
pendidikan, Desas-desus atau gossip, teguran, dan hukuman. Lebih jelasnya bentuk-bentuk pengendalian sosial
ada dibawah ini :
Agama
Agama
merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi
penganutnya. Oleh karena itu, seseorang yang memeluk suatu agama dituntut untuk
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan yang telah digariskan dalam ajaran
agamanya. Jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan
sendirinya perilakunya akan terkendali dari bentuk perilaku menyimpang.
Setiap
pemeluk agama yang taat akan mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan yang
dilarang oleh agama, seperti mencuri, berjudi, korupsi, menfitnah,
menjelek-jelekkan orang lain (menghujat), berzina, dan membunuh.
Pendidikan
Pendidikan
merupakan pengendalian
sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi
manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya.
Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut
apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang.
Contohnya,
dalam menghadapi era globalisasi di mana persaingan bebas akan diikuti oleh
masyarakat internasional, sudah selayaknya seseorang sebagai warga negara harus
menyadari pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) sebagai bekal dalam mengikuti kompetisi atau persaingan dengan bangsa
lain.
Desas-desus
atau gossip
Desas-desus
atau gosip merupakan berita yang menyebar secara cepat baik melalui media massa
maupun melalui mulut ke mulut. Desas-desus sering disebut dengan istilah kabar
angin atau kabar burung. Kebenaran berita desas-desus masih diragukan karena
tidak selalu desas-desus berdasarkan fakta atau kenyataan.
Rasa
malu yang ditimbulkan oleh desas-desus membuat pelaku penyimpangan sosial yang
didesas-desuskan sadar akan perbuatannya. Dia pun kembali berperilaku sesuai
dengan norma-norma masyarakat. Dia pun akan bertindak lebih berhati-hati dan
tidak mengulangi perbuatannya.
Teguran
Teguran
atau peringatan diberikan kepada orang yang melakukan penyimpangan agar pelaku
penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Teguran dapat
disampaikan secara lisan maupun tulisan. Teguran dalam organisasi formal
dilakukan secara bertahap.
Biasanya
teguran dilakukan sebanyak tiga kali secara tertulis. Jika teguran demi teguran
tidak diindahkan, maka pelaku pelanggaran akan dikenakan sanksi disiplin.
Hukuman
Hukuman
adalah sanksi negatif yang diberikan kepada seseorang yang melanggar peraturan
tertulis atau tidak tertulis. Lembaga formal yang berwenang melakukan hukuman
adalah pengadilan. Selain pengadilan, terdapat juga lembaga adat yang mempunyai
wewenang memberikan hukuman. Tetapi, wewenang ini terbatas kepada masyarakat
adatnya saja. Contoh, pelanggaran terhadap undang-undang, seperti penganiayaan,
pembunuhan, perampokan, korupsi, dan manipulasi. Sedangkan pelanggaran terhadap
adat istiadat, antara lain kumpul kebo dan kawin lari.
Peran Lembaga Pengendalian Sosial
Dalam
pengendalian sosial,
lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat cukup berperan. Lembaga-lembaga yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya
mempunyai peran sebagai berikut.
- Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah yang mereka temui di dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan.
- Menjaga keutuhan masyarakat.
- Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial. Maksudnya, sistem pengawasan masayarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Lembaga
masyarakat yang bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata kelakuan yang
tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri menurut Gillin dan Gillin
disebut fegulaiipe institutions. Contohnya adalah kejaksaan dan pengadilan.
Dalam melaksanakan fungsi ini, kejaksaan dan pengadilan dibantu oleh pihak
kepolisian. Polisi sebagai aparat negara memiliki tugas untuk menjaga dan
memelihara ketertiban serta mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang yang
melanggar hukum di dalam masyarakat. Peran kepolisian tidak hanya mencegah,
tetapi juga menangkap, menyidik dan menyerahkan pelaku ke pihak kejaksaan untuk
diteruskan ke pengadilan.
PENYIMPANGAN SOSIAL
1.
PENGERTIAN PENYIMPANGAN SOSIAL
Penyimpangan sosial atau perilaku
menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan.
Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh
mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit
tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.
Suatu perilaku dianggap menyimpang
apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat.
Bagaimana, apakah Anda dapat memahami?
Atau belum, marilah kita pelajari beberapa definisi para ahli, untuk
memperjelas pengertian penyimpangan sosial.
Definisi-definisi penyimpangan sosial:
Definisi-definisi penyimpangan sosial:
a.
|
James W. Van Der
Zanden:
Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. |
||||||||
b.
|
Robert M. Z.
Lawang:
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. |
||||||||
c.
|
Lemert (1951):
Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk: |
||||||||
|
2. FAKTOR-FAKTOR
PENYIMPANGAN SOSIAL
a.
|
Menurut James W.
Van Der Zanden
Faktor-faktor penyimpangan sosial adalah sebagai berikut: |
|
1)
|
Longgar/tidaknya
nilai dan norma.
Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap penyimpangan, di masyarakat barat merupakan hal yang biasa dan wajar. |
|
2)
|
Sosialisasi yang
tidak sempurna. Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak
sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di masyarakat
seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi
teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru memberi contoh yang salah,
seperti melakukan KKN. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka
terjadilah tindak perilaku menyimpang.
|
|
3)
|
Sosialisasi sub
kebudayaan yang menyimpang. Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang
memiliki nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan
khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan/
pada umumnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah
etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk dengan
usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering cekcok,
mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarangan dsb. Hal itu oleh
masyarakat umum dianggap perilaku menyimpang.
|
|
b.
|
||
1)
|
Biologis
Misalnya orang yang lahir sebagai pencopet atau pembangkang. Ia membuat penjelasan mengenai “si penjahat yang sejak lahir”. Berdasarkan ciri-ciri tertentu orang bisa diidentifikasi menjadi penjahat atau tidak. Ciriciri fisik tersebut antara lain: bentuk muka, kedua alis yang menyambung menjadi satu dan sebagainya. |
|
2)
|
Psikologis
Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis yang dialami seseorang. |
|
3)
|
Sosiologis
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya dengan sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap norma-norma kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus belajar bagaimana melakukan penyimpangan. |
3.
PENYIMPANGAN INDIVIDUAL (INDIVIDUAL DEVIATION)
Penyimpangan
individual merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang yang berupa
pelanggaran terhadap norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa seseorang
atau karena perilaku yang jahat/tindak kriminalitas. Penyimpangan yang bersifat
individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dapat dibagi menjadi beberapa
hal, antara lain:
a.
|
Tidak patuh nasihat
orang tua agar mengubah pendirian yang kurang baik, penyimpangannya disebut pembandel.
|
b.
|
Tidak taat kepada
peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungannya, penyimpangannya
disebut pembangkang.
|
c.
|
Melanggar
norma-norma umum yang berlaku, penyimpangannya disebut pelanggar.
|
d.
|
Mengabaikan
norma-norma umum, menimbulkan rasa tidak aman/tertib, kerugian harta benda
atau jiwa di lingkungannya, penyimpangannya disebut perusuh atau penjahat.
|
4.
KATEGORI PENYIMPANGAN INDIVIDUAL
Yang termasuk dalam tindak penyimpangan
individual antara lain:
a.
|
Penyalahgunaan
narkoba
Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Contoh pemakaian obat terlarang/narkoba antara lain: - Narkotika (candu, ganja, putau) - Psikotropika (ectassy, magadon, amphetamin) - Alkoholisme. |
b.
|
Proses sosialisasi
yang tidak sempurna.
Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya. Contohnya: seseorang menjadi pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak melakukan tidak ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya. |
c.
|
Pelacuran
Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan sexual dengan mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang. Contoh: seseorang menjadi pelacur karena mengalami masalah (ekonomi, keluarga dsb.) |
d. Penyimpangan
seksual
Adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan seseorang. Beberapa jenis penyimpangan seksual:
- Lesbianisme dan Homosexual
- Sodomi
- Transvestitisme
- Sadisme
- Pedophilia
- Perzinahan
- Kumpul kebo
Adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan seseorang. Beberapa jenis penyimpangan seksual:
- Lesbianisme dan Homosexual
- Sodomi
- Transvestitisme
- Sadisme
- Pedophilia
- Perzinahan
- Kumpul kebo
e. Tindak
kejahatan/kriminal
Tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, sosial dan agama. Yang termasuk ke dalam tindak kriminal antara lain: pencurian, penipuan, penganiayaan, pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan.
Tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, sosial dan agama. Yang termasuk ke dalam tindak kriminal antara lain: pencurian, penipuan, penganiayaan, pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan.
f. Gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain:
- Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb.
- Sikap eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.
5.
PENYIMPANGAN KOLEKTIF (GROUP DEVIATION)Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain:
- Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb.
- Sikap eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.
Penyimpangan Kolektif adalah suatu perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak kriminalitas lainnya.
Bentuk penyimpangan sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
6. KATEGORI PENYIMPANGAN KOLEKTIF
Bentuk penyimpangan kolektif :
1. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
2. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. COntoh : tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6, tawuran penduduk berlan dan matraman, dan sebagainya.
3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain.
4. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb.
7.
USAHA MENGANTISIPASI DAN MENGATASI PENYIMPANGAN SOSIAL
Usaha mengantisipasi dan mengatasi
penyimpangan sosial antara lain :
Upaya-upaya Mengantisipasi Penyimpangan Sosial
Antisipasi adalah
usaha sadar yang berupa sikap, perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang
melalui langkah-langkah tertentu untuk menghadapi peristiwa yang kemungkinan
terjadi. Beberapa upaya untuk mengantisipasi penyimpangan sosial adalah :
1.
Penanaman nilai
dan norma yang kuat.
2.
Penanaman nilai
dan norma yang kuat
3.
Berkepribadian
Kuat dan Teguh
Upaya-upaya
Mengatasi Penyimpangan Sosial
1.
Sanksi yang tegas
2.
Giatkan
penyuluhan-penyuluhan
3.
Rehabilitasi
sosial
Sikap Yang Cocok Dalam Menghadapi
Penyimpangan Sosial
1.
Tidak mudah
terpengaruh
2.
Berpikir positif (Positive
Thinking)
Sifat Penyimpangan
1. Penyimpangan Positive
1. Penyimpangan Positive
Perilaku tidak wajar yang dilakukan
oleh individu tetapi memiliki dampak positive bagi dirinya maupun orang lain.
Contoh :
- Anak perempuan suka bermain bola dan dimodel rambut botak
- Supir truk perempuan
- Petinju perempuan
- dsb.
2. Penyimpangan Negative
Perilaku yang dipandang
rendah,berdampak buruk dan merugikan dirinya sendiri serta masyarakat.
Contoh :
- Membolos sekolah
- Melanggar aturan lalu lintas
- Melakukan tindakan kriminal
- dsb.
Faktor - faktor Penyebab Penyimpangan
Sosial
1. Intelegensi
Perbedaan Intelegensi yang dimiliki
setiap orang menentukan mudah susahnya orang itu beradaptasi dengan lingkukang
sekitar. Yang memiliki tingkati intelegensi baik ia akan mudah beradaptasi
dengan lingkungan ( aturan, norma dan ketentuan ) di masyarakat tersebut.
Sebaliknya akan sulit menyesuaikan diri.
Contoh :
Anak yang cerdas akan lebih mudah
menerima pelajaran dibanding yang kurang atau ber IQ rendah.
Yang berIQ rendah cenderung melanggar
norma yang diterapkan, misal mencontek, malas mengerjakan PR, tidak taat pada
tata tertib.
2. Masalah Ekonomi
Jika orang tua tidak mampu memberikan
apa kebutuhan materi anak karena kemiskinan, anak cenderung akan mencari
pelampiasan atas kekecewaannya diluar rumah. Namun pergaulan yang salah dapat
menjerumuskannya ke jalan yang sesat. Pendidikan keagamaan sangat dibutuhkan
agar si anak tidak mudah putus asa dan selalu berusaha. Sehingga pikirannya
menjadi positive, ia akan rajin belajar menjadi pintar dan dapat bekerja dengan
baik sehingga mendapat materi. Jika keadaan masyarakat kurang kondusif untuk
tumbuh kembang anak maka anak akan terbawa arus kehidupan yang menyimpang.
Contoh :
Masyarakat yang hidup di daerah
pariwisata, anak yang tidak dipenuhi kebutuhan materinya dan kurang imannya,
dapat tertarik pada perilaku judi, miras serta prostitusi.
3. Broken Home
Keluarga sangat berperan dalam
pembentukan jati diri seorang anak. Anak yang broken home biasanya lebih rentan
terjerumus oleh penyimpangan sosial, sebaliknya yang tidak ia tidak akan mudah
terpengaruh perilaku negative.
4. Pergaulan
Apabila teman pergaulan seseorang itu
rata rata baik orang tersebut akan berperilaku baik, jika pergaulannya
menentang norma, melanggar aturan, dan perilaku yang tidak baik orang tersebut
akan terpengaruh pada hal hal yang negative pula.
5. Media Massa
Tayangan televisi yang kurang mendidik
sangat mudah mempengaruhi kepribadian anak dan remaja yang sedang dalam masa
pencarian jati diri.
6. Pelabelan
Orang yang melakukan perilaku
menyimpang karena diberi label/ cap dari orang orang disekitarnya. Mula mula
hanya melakukan penyimpangan primer. Lambat laun menjadi penyimpangan sekunder.
Contoh :
- Orang ketahuan mencuri ayam. Sehingga dijuluki pencuri, karena julukan itu ia jadi terdorong untuk mencuri yang lebih dari itu.
kalau lembaga pengendalian sosial primer apasaja ya ?
BalasHapus