5 menit sebelum matahari benar2 sembunyi dari peraduannya, 5 menit yg tak ingin ku lewati seumur hidupku. Aku duduk bersanding dengannya di bangku taman. Menatap langit menyemburkan warna oranye dg indahnya, benar2 lukisan alam yg sempurna. Hampir 4 tahun ini, kunikmati senja bersamanya. Menghitung mundur tenggelamnya sang surya dan berharap esok kami akan melihatnya lagi bersama.
Gadis ini,orang yg telah merubah pemikiranku tentang senja yg identik dg hal menakutkan. Dia yg membuka mataku, membuatku takjub pada langit peralihan ini. Namun, ada yg lebih indah daripada senja. Senyum seorang peri kecil yg diciptakan Tuhan pada raganya dan mata beningnya yg selalu menguatkan dan menenangkanku. Dialah sosok sempurna dalam hatiku.
Disandarkan kepalanya pada pundakku, dapat ku cium aroma tubuhnya yg selalu kurindukan tiap kali kami berjauhan. Perlahan, ku genggam tangannya yg hangat itu. Tangan yg selalu terjulur saat ku terjatuh dan selalu mengusap setiap tetes air mataku.
'' Ijinkan aku seperti ini, bertumpu padamu selama 5 menit '' ucapnya lirih.
''Iya,aku akan membuatmu nyaman selama itu. Nikmatilah senja ini dibahuku.''
'' Senja bukanlah akhir dari kehidupan matahari,karna esok dia akan muncul kembali dg sinarnya yg menghangatkan,seperti dirimu, namun kau bukanlah matahari yg akan hilang dimalam hari. Dirimu kekal disini...'' Ucapnya seraya meletakkan tanganku tepat didadanya.
Ya Tuhan, aku mohon sekali ini saja. Hentikan waktu tepat disaat ini. Aku ingin seperti ini lebih lama, merasakan detak jantungnya yg masih bertahan. Tak terasa cairan hangat mengalir deras dari kedua mataku. Dadaku terasa sesak, hampir tak dapat bernafas sama sekali. Tenggorokanku semakin tercekat seiring isakan tangis yg tertahan.
''Aku lelah...Benar2 lelah Mas, biarkan ku tidur disini, terlelap di sandaranmu...'' Suaranya semakin melemah dan tubuhnya memberat padaku. Tepat diakhir senja ini dia benar2 terlelap dalam tidur panjangnya.
''Selamat tidur de. Semoga mimpi indah...''
bagus..
BalasHapus